Malam Jatuh Di Nafasmu

Aku menjemput malam
saat melintasi getar nafasmu
di sana, di ujung pipimu
sebuah perjalanan lelah melesat
mengekori telapak hitam
yang ditinggalkan dentingan airmata

Cukup jauh, keningku terlipat gemuruh
di antara cengkerama sungai kata-kata
dan tercantumlah prasasti usang
yang mungkin terlanjur
kau titipkan pada ikrar keabadian
Rahasia tak pernah bernama
namun ia bersabda di mana-mana
lindap percikkan bara
dan rintik-rintik pelangi
yang selalu gagal terlukis

sebuah samudera penantian
melingkari pori-pori malam
menunggu perjalanan debu yang tak pernah usai

Aku telah terbiasa menghitung kerikil
di pucuk dendam
yang kau simpan di taman hati
hingga semua yang kau ludahi selalu bernama asa
sudahlah, berhenti menoleh cermin retak
karena masa akan menemui ajal
kuharap saat itu kau masih digendong sepetak salju
pada satu geliat mimpiku
meski tak ada bingkai mutiara yang kau sulam
untuk gerhana rindu di atas lelahku

hari yang dingin, telah kau pilih
sebagai dermaga kesedihan
dan tanggal-tanggal itu lenyap dalam tiupan
dongeng tua

Bila kau ingin menjemput dahagaku
jemputlah ia dengan sisa kemilau terpilih
sebab diam-diam semua jejak telah berkhianat
dalam desiran sajak-sajak amis. Aku ingin terpental menyinggahi gerbong-gerbong tua
yang dijanjikan pembunuh-pembunuh waktu
agar kata-kata tak lagi culas
mengarungi linau senja ketika purnama
tergantung di matamu

22 februari 2007



Based On: Kumpulan Puisi "Jangan Malu Pada Sepi"

0 komentar:

Posting Komentar