Ada bibirmu yang menggenang
Saat peluhku disenggama angin
Aroma yang meretak jantung
Memar dalam resah isyarat
Kau pun kukulum dengan tangisan
Belantara kesedihan yang rinai
Membaca perjalanan kita
Seperti enggan menimba kematian
Hanya mengintai, dan mengintai
Aku berkaca, terus berkaca
Sebelum cermin meledakkan perpisahan
Dan gelisahku tak jua sampai di usiamu
Lalu bumi mengalir mundur
Kita pun sama-sama lugu menghafal jejak
Belajar mendendangkan makian
dan lagu gurun, belajar mencintai luka-luka
bila peperangan melesat tak akan aku menyerah
sebab penantianku terlanjur menciumi darah
dan kisah-kisah tak lagi membunga
Tapi kita memang mesti pasrah menjinjing kekalahan
menyaksikan takdir mencabik warna-warna
hingga kita pun tahu, aroma kematian yang sebenarnya
2007
Based on: Kumpulan Puisi "Jangan Malu Pada Sepi"
Indonesia Resmi Pakai Istilah Indonesia untuk ‘Yesus Kristus’
-
Perubahan Seyogyanya Jadi Batu Loncatan bagi Reformasi Kebebasan
BeragamaJemaat Huria Kristen Batak Protestan, yang berusaha mendapatkan
izin mendirikan ba...
3 minggu yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar