Aku tak membeli langit
agar ranum buahmu
merekah di mataku
Aku hanya mengikuti gerak waktu
Untuk mereguk setetes anggur
Dari bibirmu yang berlumut
Seikat janji tentang cinta
Terukir dalam nisan yang purba
Mengunci kehidupan dalam dekapan sepi
Seperti valentine kita
yang terbakar gemuruh kebencian
Dan daun-daun senantiasa
Bertebaran tanpa semi
nafas-nafas bertumbangan
tanpa restu nurani
Aku selalu gagal melukis air
di alismu
mungkin rindu hanya sebatas
hujan pagi hari
Cinta, kamuflase sepucuk letih
menuai kenangan
dan kembang basi
Sudahkah kau tahtai
dermaga hitam
yang melandai nakal
itu puteri?
Bintang-bintang mendesis,
hatimu seperti bayi
yang lupa dinamai
30 Januari 2007
Indonesia Resmi Pakai Istilah Indonesia untuk ‘Yesus Kristus’
-
Perubahan Seyogyanya Jadi Batu Loncatan bagi Reformasi Kebebasan
BeragamaJemaat Huria Kristen Batak Protestan, yang berusaha mendapatkan
izin mendirikan ba...
1 bulan yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar