Aku ingin punya jam sendiri
yang jarumnya tak berdetak sesuka hati
sebab langkah waktu hanyalah bintik jerawat
saat wajah hati menebar pesona semi
Puing-puing temaram batas senja
mendiami serabut indera
melahapnya di penghujung bilur-bilur mimpi
Aku ingat buah pelir yang tersesat
di antara jeruji nurani
saat Klabat menancap dengan keangkuhan
Dua buah menara itu terlalu kering
untuk membasuh punggung langit
Kalau saja jemari mu di sini
biskuit itu tak kan segetir biji duku
Sementara senyum Tuhan tak lekang menari
di bilik-bilik ratap awan
Danau Tondano dalam sipu
Meretas masa lalu
Menjangkau nama-nama bisu
Atau asa yang melepuh
Tanah-tanah tak lagi sepi
berseri di kaki rerumputan bening
meski urat nadi meronta
pada pesisir keriput pemuja lelah
Dan mentari meninggi
Ujarnya romantis,
Jangan pergi!
Senyum tanggal, tapi aku tetap berpaling
Di atap sunyi Temboan
Waktuku tak bernyawa lagi
Oktober 2005
Based on: Kumpulan Puisi "Jangan Malu Pada Sepi"
Tonggak Tonggak Bambu
-
Putu Oka SukantaTonggak tonggak bambuDipasang di laut biruMembegal
negaraAtas kuasanyaTombak tombak rajaMengawal istanaTonggak tonggak
bambuTaring dan Caka...
3 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar