(monumen untuk Munir, Widji Thukul, serta seluruh pencetak cermin yang lenyap di negeri darah)
Wahai Indonesia,
Panggung sandiwara megah
lakon-lakon terpentas gagah
Skenario tersaji indah
Wahai Indonesia,
Rakyatmu penonton setia
Yang tak kunjung tercekik bosan
Walau wajahmu
Seperti film India
Di mana malumu Indonesia?
Kau telanjang di sana
Namun masih melenggok manja
Terus berkata,
“jaketku berwarna cerah”
Sudahlah, Indonesia
Kau bukan lagi balita
Terus sok melucu meski telah renta
Kenakan jubahmu
Jangan sok seksi
Seperti Maria Osawa
Tolonglah Indonesia
Bebaskan rakyatmu
Yang terus-menerus membeli kebenaran
Seperti transaksi DVD porno bajakan
Jangan lagi pengecut Indonesia
Marilah bercinta
kibarkan kelaminmu di udara
Meski gegarnya tak selincah
Peluru negeri eropa
Indonesiaku
Jangan lagi kau tipu diriku
Dengan berita-berita palsu
Yang membuatku gemas itu
Indonesiaku
Jangan lagi kau bunuh pahlawanmu
Cuma karena memajang cermin
di depan wajah kusammu
Aku mohon padamu
Sungguh
Januari 2008
Tonggak Tonggak Bambu
-
Putu Oka SukantaTonggak tonggak bambuDipasang di laut biruMembegal
negaraAtas kuasanyaTombak tombak rajaMengawal istanaTonggak tonggak
bambuTaring dan Caka...
3 jam yang lalu
1 komentar:
Mungkin perlu monumen juga untuk para "pahlawan Minahasa".
Posting Komentar