Menulis Skenario Cerita Sebagai Peluang Usaha Yang Potensial

Seiring dengan pesatnya perkembangan televisi swasta di Indonesia belakangan ini, tayangan hiburan lokal yang disediakan oleh pihak televisi dan rumah-rumah produksi juga semakin bervariasi.
Untuk memenuhi keinginan pemirsa maka rumah produksi giat memproduksi tayangan-tayangan untuk perusahan televisi yang membutuhkan produk baru yang segar dan memikat. Dengan banyaknya rumah produksi dan televisi swasta maka peluang untuk menulis skenario sinetron dan FTV akan selalu ada. Di Indonesia sendiri saat ini terdapat kurang lebih delapan stasiun TV Swasta. Masing-masing stasiun TV setiap harinya menayangkan tidak kurang dari empat sinetron atau FTV. Berarti rata-rata perharinya seluruh perusahan televisi kita membutuhkan sekitar 32 naskah skenario siap pakai. Melihat kenyataan ini maka patut dimaklumi jika kualitas sinetron dan film cerita kita tak jarang menjadi sangat rendah. Karena kebutuhan akan ide-ide yang segar tak diimbangi dengan jumlah penulis-penulis skenario kreatif dari kita yang masih tergolong minim.


Sudah jelas bahwa kegiatan menulis mempunyai manfaat yang besar. Selain menambah kecerdasan dan daya imajinasi, menulis juga bisa mendatangkan banyak uang. Apalagi bila yang kita maksudkan adalah menulis skenario.


Melihat hitung-hitungan pendapatan para penulis skenario, ladang pekerjaan di dunia ini tampak cukup menggiurkan. Betapa tidak? Seorang penulis skenario profesional biasanya mempunyai banyak waktu luang setelah berhasil menyelesaikan 2-4 skenario per bulan hanya dengan berkonsentrasi kerja di depan layar komputer atau mesin tik. Mereka umumnya tinggal di rumah dan sesekali masuk kantor hanya untuk menyerahkan naskah, revisi dan mengambil honor tentunya- sebuah pekerjaan yang sangat didambakan setiap orang, mempunyai waktu lebih untuk keluarga dan kebebasan berimajinasi. Pengalaman para penulis skenario profesional, jika mereka mendapat mood yang tepat, sebuah skenario dapat dikerjakan hanya dalam waktu tiga hari. Sementara, untuk beberapa orang penulis yang terbiasa bekerja dengan sistem kejar tayang, mereka sanggup menyelesaikan seluruh pekerjaannya hanya dalam tempo dua minggu. Melelahkan tapi menarik bukan?.


Dalam menulis skenario yang pertama-tama dibutuhkan adalah ide. Kita tidak mungkin menulis sebuah cerita tanpa ada ide di kepala kita. Menulis tanpa ada seculipun inspirasi sama saja mengerjakan sesuatu yang antah berantah. Ini bukan berarti ide adalah sesuatu yang sukar dicari. Seorang penulis sejati bisa memperoleh ide dari banyak hal. Suatu hal yang menjadi masalah bagi seseorang untuk menjadi penulis skenario adalah bagaimana memulai menulis. Melakukannya untuk pertama kali sering menjadi kendala bagi para penulis pemula. Banyak penulis yang dihantui perasaan bisa atau tidak, dapat dijual atau tidak, bagus atau tidak, atau perasaan yang lebih ekstrem lagi, benar atau tidak?


Banyak penulis pemula yang gugur dalam melewati langkah pertama ini. Mereka cenderung terlalu mengharapkan imbalan materi secara instan sehingga lupa akan kemampuannya.


Sebetulnya ide cerita ada di sekeliling kita dan menunggu untuk dipetik, kitalah yang harus jeli dalam mencari kesempatan. “Tulislah apa yang kamu ketahui” adalah mantra bagi penulis pemula. Apabila ini adalah saat pertama anda mencoba menulis maka tulislah apa yang anda ketahui. Galilah ingatan anda, apakah anda pernah mengalami kejadian yang unik, aneh, atau ajaib?, selain itu anda juga bisa menggali ide-ide untuk dijual melalui cerita rakyat, misalnya cerita Sitti Nurbaya yang diadaptasi kembali dan sisesuaikan dengan setting zaman sekarang, atau cerita si Doel anak Sekolahan. Cerita ini mampu menuai kesuksesan besar walaupun isi ceritanya telah usang, namun menjadi menarik karena telah diadaptasi kembali. Selain itu anda juga bisa menggali ide cerita melalui koran. Koran adalah alternatif yang relatif murah dan meriah. Bila hari ini kita tidak mendapatkan cerita yang menarik maka kita bisa menunggu koran besok atau membaca koran kemarin. Satu halaman koran rata-rata memuat 4-7 artikel. Satu edisi koran terdiri dari 12 halaman atau lebih maka setiap hari ada lebih dari 48 cerita.


Tahap paling mendebarkan yang harus dilalui seorang penulis skenario adalah ketika mengajukan hasil karyanya ke rumah produksi sinema. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, pemasaran sebuah ide dan skenario kini justru semakin mudah dengan menggunakan fasilitas internet dan e-mail. Anda tidak perlu terseok-seok seperti pelamar kerja yang keluar masuk perusahaan hanya untuk bertemu dengan manajer SDM.


Dunia penulisan skenario juga sangat unik. Anda tidak perlu berbekal ijazah atau referensi dari siapapun untuk menjual karya anda. Justru dunia pertelevisian dan sinema Indonesia yang sedang berlomba-lomba mencari ide-ide terbaik yang keluar dari kepala penulis skenario.


Langkah berikutnya yang harus anda perhatikan adalah menyiapkan bahan presentasi terhadap karya anda. Biasanya apabila ada pihak yang tertarik melihat skenario anda, mereka akan mengundang anda untuk memberikan presentasi langsung. Persiapkan berbagai macam proposal atau presentasi yang mendukung karya skenario anda.


Untuk membuat sebuah cerita skenario sesungguhnya kita tidak membutuhkan biaya apa-apa. Yang kita butuhkan hanyalah kemauan keras dan kreatifitas yang inovatif. Kita hanya membutuhkan sebuah komputer sebagai sarana untuk menulis, dan sedikit biaya untuk memasarkan karya kita lewat internet. Dan apabila karya yang kita hasilkan bisa diterima oleh rumah produksi, semua pengorbanan itu menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja.

Bagaimana dengan pendapatan yang akan kita peroleh?. Secara matematis, jika kita menulis sebuah skenario sinetron, maka penghasilan yang akan kita peroleh adalah minimal Rp. 3.000.000 per episode, maka penghasilan total penulis selama 5 tahun adalah Rp. 3 juta x 48 minggu x 5 = Rp 720 juta, suatu angka yang cukup menggiurkan bukan?. Apalagi saat ini rata-rata stasiun televisi swasta menayangkan sinetron secara striping. Dan tarif penulis skenario untuk sinetron-sinetron tertentu, yang ratingnya sedang naik bahkan mencapai Rp. 25 juta per episode!, ini berarti penghasilannya per bulan mencapai Rp. 750 juta, hanya dengan berdiam diri di rumah saja!. Siapapun tentu akan tergiur dengan angka-angka tersebut.

Sinetron yang sukses ditayangkan kadang membuat seorang penulis skenario terpaku untuk terus melanjutkan ceritanya karena karena tuntutan produser, pasar, dan tawaran honor yang akan didapatnya. Kita tidak dapat menampik kenyataan itu, bukankah sebuah tayangan yang berhasil bertahan lama merupakan bukti loyalitas penonton terhadap karya sebuah cerita skenario.


Seperti peluang-peluang usaha lainnya, menulis skenario adalah peluang yang sangat potensial. Hanya memang masih sangat jarang sekali ada orang yang mau memanfaatkan peluang besar ini. Saran yang harus kita lakukan adalah mulailah menulis dan pasarkanlah hasil imajinasi kita ke televisi.